skip to main |
skip to sidebar
11:37 PM
OnComKu
Saat
ini topik kecelakaan yang dialami penyanyi dangdut Syaiful Djamil di
Jalan Tol Cipularang KM. 96 tengah menjadi pembicaraan dimana-mana.
Sayangnya yang berkembang di masyarakat makin ngawur.... jalannya
berhantu, dedemit dan lain sebagainya.
Padahal dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebenarnya ada
penjelasan yang masuk akal mengapa di ruas tersebut sering sekali
terjadi kecelakan. Dan yang dapat menjelaskannya adalah disiplin ilmu
teknik sipil.
Saya tergerak untuk menjawab / menanggapi rumor yang beredar dengan
menuliskan penjelasan dibawah ini yang saya tuliskan di KASKUS.
Mohon rekan-rekan yang memiliki jam terbang tinggi bisa mengoreksi atau
lebih memperjelas apabila ada penjelasan saya yang keliru atau kurang
lengkap.
Saya terbuka terhadap sebuah diskusi dan perdebatan mengenai kasus
kecelakaaan ini sepanjang korelasinya dalam rangka membuka wawasan /
pemintaran kita sebagai anak bangsa
salam sipil..... ------------------------------------------------
"Agan-Agan yang baek, sebenarnya tadinya saya males ngomentarin soal
kecelakaan bang Syaiful Jamil.... tapi karena sekarang jadi berkembang
ke masalah klenik yang ujung-ujungnya melemahkan iman kita. Perkenankan
saya mengomentarin soal jalan tol Cipularang dan kasus kecelakaan bang
Syaiful.
Tol Cipularang adalah jalan tol modern yang didesain dengan mengikuti
aturan-aturan yang sangat ketat mengenai tata cara membuat jalan tol.
Jalan tol ini dirancang aman untuk kecepatan rata-rata 120 km/jam.
Karena itu, bohong besar ada yang nulis, turunannya di km 96 sangat
curam, yaitu 30 derajat. Kalau sudut kecuramannya sebesar itu, semua
kendaraan truk/bus nggak ada yang bakalan kuat menanjak. Dan kecelakaan
akan terjadi bahkan SETIAP JAM....
Tingkat elevasi maksimum jalan tol yang didesain untuk tanjakan/turunan
dengan kecepatan aman 100 km/jam adalah 6%. Artinya, kalau jalan harus
mendaki bukit setinggi 60 meter, maka panjang jalan menanjak
(tanjakan) minimal harus 1000 m atau 1 km. Makanya didalam mendesain
jalan raya modern apalagi tol, banyak diterapkan cut (potong) dan fill
(urug), dimana dengan adanya alat-alat berat modern, bukit kalo perlu
gunung, dipangkas.
Di KM 96 kita melihat turunan (kalo dr arah Bandung) atau tanjakan
(dari arah Cikampek) terlihat sangat panjang. Itu karena perbedaan
tinggi yang cukup besar, sehingga disiasati dengan membuat turunan atau
tanjakan yang sangat panjang (berkilo-kilo meter)
Yang menjadi masalah di jalan tol Cipularang ini pada awal pembukaannya
adalah perkerasannya menggunakan beton (rigid pavement) bukan aspal
(flexible pavement). Dimana mungkin karena diburu waktu (jalan tol
sepanjang +/- 45km dari Sadang sampai Padalarang selesai dalam 1 tahun),
maka pengerjaannya cenderung kurang rapih sehingga permukaan jalan
banyak yang tidak rata / bergelombang (bumpy). Bahkan banyak diantaranya
yang retak-retak. Karena itu kemudian kita lihat pihak pengelola jalan
tol kemudian memberikan lapisan aspal baru sebagai penutup, sehingga
sekarang jalan tol cipularang sudah menggunakan aspal.
Masalah jalan yang bumpy memang saat ini sudah tidak lagi menjadi
masalah, tetapi masalah lain timbul, yaitu terjadinya permukaan aspal
yang bergelombang terutama di daerah turunan. Hal ini disebabkan oleh
proses pengereman dari kendaraan2 besar yang kemudian membuat
tekanan/dorongan ke depan terhadap permukaan aspal. Kondisi ini sangat
terasa di KM 96 tempat lokasi kecelakaan yang merupakan area jalan
menurun yang sangat panjang.
Kondisi jalan bergelombang ini, apabila dilewati oleh kendaraan dengan
ground clearence rendah seperti sedan, mungkin tidak terlalu menjadi
masalah. Lain cerita apabila jenis jeep, SUV atau kendaraan lain dengan
ground clearence tinggi. Kondisi ini SANGAT BERBAHAYA!!! karena dapat
menyebabkan terjadinya understeer, dimana akibat turunan yang
bumpy/bergelombang, ban kehilangan gigitan sama sekali sehingga kita
tidak dapat lagi mengendalikan setir. Dan yang terjadi adalah persis
seperti dialami oleh bang Syaiful, mobil terbanting ke kanan menghantam
beton pemisah jalan dan kemudian terbalik. Bang Syaiful mengatakan ada
dorongan angin samping, tapi percayalah hal tersebut tidak mungkin
terjadi di lokasi KM96 (lain cerita kalau diatas jembatan). Yang terjadi
adalah saat Avanza menuruni jalan dengan kecepatan cukup tinggi (80
km/jam), ban saat melewati jalan bergelombang akan terangkat cukup
tinggi dan keseimbangan mobil hilang, sehingga walaupun setir tetap
lurus, mobil limbung dan kemudian terlempar ke kanan ke arah tembok
pemisah jalan (kalau agan ingin merasakan bagaimana understeer,
gampang...... lewati genangan air dengan kecepatan sangat tinggi. Maka
akan terasa gigitan ban hilang dan setir "kehilangan rasa". Mobil
mendadak tidak terkendali..... kalau genangan airnya panjang, maka mobil
akan melintir nggak karuan)
Kecelakaan ini menjadi sangat fatal, karena "kebetulan" diarea KM 96
beton pemisah sangat tinggi. Karena hantaman body kendaraan dengan
tembok pemisah terjadi persis setelah pilar pintu depan, maka bung
Syaiful masih bernafas. Tetapi istri tercinta yang jadi korban. Kalau
yang pertama menghajar adalah pintu depan, pasti beliau sudah almarhum
juga.
Apalagi katanya kendaraan Toyota Avanza tersebut merupakan kendaraan
sewaan, yang apabila spelling setir kelewat besar (dalam keadaan
kendaraan berhenti, putar lingkar kemudi, rasakan berapa besar putaran
yang kosong/tidak membelokan roda), maka potensi celakanya menjadi
sangat besar. Apalagi saat turunan kecepatan relatif tinggi.
Jadi, menurut saya kejadian kecelakaan bung Syaiful dapat dijelaskan
secara gamblang dengan logika dan ilmu keteknik sipilan, khususnya
masalah jalan raya. Dan tidak ada kaitannya dengan segala klenik seperti
yang dipercaya sebagian orang.
Dan, untuk segala cerita mengenai Cipularang sendiri, sampai saat ini
saya hanya mendengar KATANYA. Cukup sering saya bolak-balik ke Bandung
ia jalan tol tersebut pada malam hari, dan alhamdulillah baik-baik saja. Oh ya, sekedar tambahan info, saya kebetulan lulus S1 teknik sipil dengan pengutamaan bidang transportasi jalan raya. sekian, semoga bermanfaat...... "