Wikileaks
kembali membocorkan sejumlah dokumen rahasia Amerika Serikat yang
terkait dengan Indonesia. Kali ini dalam dokumen terbarunya, Wikilekas
memaparkan mengenai hubungan antara polisi dengan ormas Front Pembela
Islam (FPI). Selain mengungkapkan mengenai FPI yang dijadikan ‘attack
dog’ Polri, dan menyebutkan mengenai mantan Kapolri yang kini menjadi
Kepala BIN, Jenderal (Purn) Sutanto sebagai tokoh yang pernah mendanai
FPI, bocoran Wikileaks juga mengatakan bahwa mantan Kapolda Metro Jaya,
Komjen (purn) Nugroho Djajusman, sebgai tokoh yang ‘dihormati’ di
lingkungan FPI.
Bocoran
Wikileaks menyebutkan bahwa FPI mempunyai kedekatan dengan Nugroho
Djajusman, dan Nugroho telah mengakui hal itu kepada pejabat Kedubes
AS. “Tapi Nugroho membela diri dengan mengatakan bahwa suatu hal yang
lumrah ia memiliki kontak dengan semua organisasi, termasuk FPI, karena
posisinya saat itu sebagai Kapolda Metro Jaya,” ungkap Wikileaks.
Telegram
ini kemudian membeberkan bagaimana Nugroho menggambarkan hal itu,
dengan mengklaim bahwa Jenderal Sutanto saat menjadi Kapolri,
kekurangan koneksi yang diperlukan dengan FPI. Dan saat terjadi
demonstrasi disertai aksi kekerasan oleh massa FPI, Sutanto terpaksa
harus menelepon dan meminta bantuan Nugroho sebagai tokoh yang dihormati
di lingkungan FPI.
“Nugroho
kemudian mengatakan kepada pejabat Kedutaan AS bahwa dia kemudian
menelepon Ketua FPI, Habib Rizieq, dan mengatur penyerahan diri tiga
orang anggota FPI, yang mengatur kekerasan di depan Kedubes AS,” ungkap
bocoran kawat diplomatik tersebut.
di
telegram terbaru di akhir 2006 yang kemudian dibocorkan oleh
Wikileaks, disebutkan bahwa Yenny Wahid, putri mantan Presiden
Abdurahman Wahid (Gus Dur), mengatakan bahwa para pensiunan jenderal
yang selama ini membantu dan mendanai FPI, termasuk mantan Kapolda Metro
Jaya Nugroho Djajusman, belakangan kehilangan kontrol atas kelompok
tersebut.