Sekuel terakhir film ‘Harry Potter and the Deathly Hallows:Part 2′, mulai bisa dinikmati penonton di Indonesia. Sejak kemunculannya dalam bentuk buku hingga film, tokoh Harry Potter telah menjadi film petualangan paling diminati di seluruh dunia.
Namun hati-hati, Harry Potter juga menyimpan bahaya bagi kesehatan. Sebuah penelitian di Pusat Sakit Kepala New England menemukan, para penggemar tokoh penyihir ini lebih rentan mengalami sakit kepala dan migrain. Kendati begitu, studi ini tak menyebut pemicu terjadinya migrain.
Menurut peneliti, dunia ajaib penyihir dalam ‘Harry Potter’ telah mengubah dunia. Tak hanya anak-anak yang merasakannya, bahkan dewasa seperti ilmuwan, peneliti dan profesional medis juga terjebak ke dalam dunia Harry.
Dari sebuah artikel di New England Journal yang merujuk studi 2003 menyebut, ada penyakit yang disebut ‘Sakit Kepala Hogwarts’, merujuk kondisi yang terjadi akibat terlalu banyak membaca buku Harry Potter.
Sementara, Sebuah studi dari Hartford Courant di Connecticut melaporkan sebagian anak harus menjalani perawatan di ruang gawat darurat saat buku Harry Potter mulai dijual. Kelelahan dan terlalu bersemangat merupakan beberapa pemicu utama.
Tak hanya itu, badai ‘Harry Potter’ juga mencipta banyak temuan yang dianggap cukup unik. Studi ilmiah online yang berkaitan dengan penyihir fenomenal ini mencapai 30 buah. Isinya menjelaskan berbagai hal seperti genetika dihubungkan dengan hubungan darah di ‘Harry Potter’ hingga hubungan dalam dunia ajaib dengan psikologis.
Seorang Psikolog dari Universitas Oregon, Jennifer Pfeifer menemukan, otak anak yang membaca Harry Potter sama dengan orang dewasa yang membaca kisah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Keduanya, Potter dan Obama diharapkan mampu mengubah keadaan lewat cara yang tak biasa.
Psikoterapis Colman Noctor, mengatakan, “Siapa yang tidak akan berkhayal menggunakan sihir untuk mengatasi tantangan hidup?. Bukankah para penyihir sekalipun harus berjuang?” katanya dikutip dari Parentdish.
Dalam studinya, Noctor menganalisa metafora dan simbolisme dalam buku-buku Harry Potter untuk psikoterapi anak. “Buku ini memperlihatkan adanya rasisme, kemarahan, perasaan yang berbeda, cinta, benci, kehilangan, dan banyak lagi,” katanya Courant.
“Sebagai psikoterapis remaja, ini benar-benar hal yang berguna,” ucapnya
Namun hati-hati, Harry Potter juga menyimpan bahaya bagi kesehatan. Sebuah penelitian di Pusat Sakit Kepala New England menemukan, para penggemar tokoh penyihir ini lebih rentan mengalami sakit kepala dan migrain. Kendati begitu, studi ini tak menyebut pemicu terjadinya migrain.
Menurut peneliti, dunia ajaib penyihir dalam ‘Harry Potter’ telah mengubah dunia. Tak hanya anak-anak yang merasakannya, bahkan dewasa seperti ilmuwan, peneliti dan profesional medis juga terjebak ke dalam dunia Harry.
Dari sebuah artikel di New England Journal yang merujuk studi 2003 menyebut, ada penyakit yang disebut ‘Sakit Kepala Hogwarts’, merujuk kondisi yang terjadi akibat terlalu banyak membaca buku Harry Potter.
Sementara, Sebuah studi dari Hartford Courant di Connecticut melaporkan sebagian anak harus menjalani perawatan di ruang gawat darurat saat buku Harry Potter mulai dijual. Kelelahan dan terlalu bersemangat merupakan beberapa pemicu utama.
Tak hanya itu, badai ‘Harry Potter’ juga mencipta banyak temuan yang dianggap cukup unik. Studi ilmiah online yang berkaitan dengan penyihir fenomenal ini mencapai 30 buah. Isinya menjelaskan berbagai hal seperti genetika dihubungkan dengan hubungan darah di ‘Harry Potter’ hingga hubungan dalam dunia ajaib dengan psikologis.
Seorang Psikolog dari Universitas Oregon, Jennifer Pfeifer menemukan, otak anak yang membaca Harry Potter sama dengan orang dewasa yang membaca kisah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Keduanya, Potter dan Obama diharapkan mampu mengubah keadaan lewat cara yang tak biasa.
Psikoterapis Colman Noctor, mengatakan, “Siapa yang tidak akan berkhayal menggunakan sihir untuk mengatasi tantangan hidup?. Bukankah para penyihir sekalipun harus berjuang?” katanya dikutip dari Parentdish.
Dalam studinya, Noctor menganalisa metafora dan simbolisme dalam buku-buku Harry Potter untuk psikoterapi anak. “Buku ini memperlihatkan adanya rasisme, kemarahan, perasaan yang berbeda, cinta, benci, kehilangan, dan banyak lagi,” katanya Courant.
“Sebagai psikoterapis remaja, ini benar-benar hal yang berguna,” ucapnya