Ketua
Majelis Permusyawatan Ulama (MPU) Aceh Tamiang, Drs HM Ilyas Mustawa
mewanti-wanti umat Islam wilayah itu menghormati mimbar khutbah Jumat.
“Mimbar Jumat tidak sama dengan mimbar bebas, maka menjadi tangung
jawab jamaah Jumat untuk menjaga kemuliannya,” tegasnya.
Khatib Mimbar Jumat , Foto Ilustrasi
Kepada
Serambinews.com. Ketua MPU Aceh Tamiang itu menyatakan penyesalan atas
kasus pemukulan seorang khatib di Pidie saat korban berkhutbah pada
salat Jumat (9/9). “Kalau bukan umat Islam siapa lagi yang memuliakan
mimbar Jumat,” ujarnya. Menurutnya,
alasan dan modus apapun tidak dibenarkan memukul khatib di atas mimbar
Jumat. Karena khutbah Jumat terkait dengan rukun dan menjadi tanggung
jawab jamaah menjaganya. Tindakan pemukulan tersebut sebagai sikap
kelewatan batas kewajaran manusia dan dilakukan dalam rumah Allah.
“Orang lewat di jalan saja tidak boleh kita pukul, apalagi memukul
khatib di atas mimbar Jumat,” ketusnya yang minta aparat penegak hukum
memproses pelakunya. Sementara
ormas Islam dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Wilayah Aceh menyatakan sikap mengutuk tindakan pemukulan khatib Jumat.
Mereka menilai prilaku itu sebagai premanisme dalam masyarakat,
lebih-lebih lagi peristiwa tersebut telah merusak kekusyukan ummat Islam
yang sedang melaksanakan ibadah salat Jumat dan melecehkan nilai-nilai
syariat Islam. Dalam
siaran tertulis yang dikirim ke redaksi Serambinews-online, Sabtu
(10/9), KAMMI Wilayah Aceh, yang ditandatangi Ketua Bidang Kebijakan
Publik, Faisal Azni, mendesak pihak yang berwajib untuk mengusut tuntas
peristiwa penganiayaan tersebut dan menghukum para pelaku dengan
hukuman yang setimpal. (Sumber) Muatan Politis Ketua
Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Pidie M Sufi membantah jika
anggotanya melakukan pemukulan terhadap Tgk Saiful Bahri saat tengah
melakukan menyampaikan khotbah sholat Jumat di Masjid Raya Keumala,
Pidie, Aceh. Menurut Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Pidie M
Sufi, pemukulan khatib di Masjid Raya Keumla murni dilakukan oleh masa,
bukan anggota KPA setempat. “Perlu
saya tegaskan bahwa kejadian itu tidak melibatkan unsur KPA, tetapi
murni dilakukan oleh massa dan kejadian itu hanya spontanitas saja,”
kata M Sufi saat dihubungi, Jumat (9/9/2011) petang. Menurutnya
berdasarkan laporan yang diterima, pemukulan terjadi karena massa
merasa dalam khotbah sholat Jumat, Tgk Saiful Bahri telah melenceng
dari yang seharusnya menyampaikan nasehat agama, namun menyampaikan
misi politik, sehingga ada di antara jamaah Jumat memintanya agar tidak
menyinggung soal politik. “Tetapi
tidak diindahkan olehnya (Tgk Saiful Bahri) bahkan bersikeras untuk
tidak mau turun dari mimbar, sehingga sejumlah jamaah sidang Jumat yang
tidak sabar dan langsung memaksanya turun dari mimbar,” jelas M Sufi.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) Pidie Tgk
Ramli mengaku pihaknya belum mengetahui secara detil peristiwa itu.
Kalau benar terjadi penganiayaan terhadap khatib, pihaknya menyesalkan
aksi tersebut. Dia mengatakan
aksi semacam itu tidak dibenarkan baik secara agama maupun hukum
negara. “Seharusnya semua pihak bisa menahan diri dan tidak perlu
melakukan aksi semacam itu, terlebih di dalam mesjid. Parahnya lagi
saat ummat sedang mengikuti khotbah salat Jumat,” sesalnya.